Selamat Datang di Dunia olient_online

Selamat Datang di Dunia Mini olient_online

Rabu, 19 Desember 2012

Anomali Pendidikan

          Semua kita sepakat bahwa pendidikan menjadi hal terpenting bagi kehidupan manusia. Manusia yang terdidik menjadi beradab di depan manusia lain maupun Tuhannya. Karena pendidikan pula seseorang merajut kesuksesan. Pendidikan menjadi cermin kemajuan suatu bangsa. Bila output pendidikannya baik maka masa depan bangsa akan cemerlang dan disegani bangsa lain. Maka jangan heran bila negara-negara maju dewasa ini ialah negara yang sangat menghargai pendidikan dan para ilmuan.
          Sangat tidak diragukan jika Al-Qur’an menyitir sebuah ayat yang menjelaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu semua dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Saking pentingnya  menuntut ilmu, Rasulullah sampai mencanangkan Longlife Education, sebagaimana dalam sabdanya : Carilah ilmu mulai dari turun ayunan sampai ke liang lahad. Dalam sabdanya yang lain bahkan Rasul mewajibkan menuntut ilmu bagi muslim dan muslimah.
          Belakangan muncul fenomena-fenomena yang cukup menguras energi bangsa ini. Rasanya tak ada habisnya setiap hari kita disuguhi dengan berita-berita kegaduhan bangsa kita indonesia yang tak kunjung reda. Dan yang paling menjadi momok memilukan dari dulu sampai sekarang ialah kasus korupsi yang tak ada matinya. Diberantas satu justru tumbuh seribu. Celakanya lagi perbuatan hina ini dilakukan oleh para pemangku kepentingan, sebut saja DPR dan para pejabat negara. Bukankah mereka orang-orang pintar, yang menghabiskan masa mudanya di bangku pendidikan? Adakah yang salah dengan sistem pendidikan kita sehingga outputnya adalah orang-orang yang seolah lebih buruk dari orang yang tidak terdidik sekalipun?
          Disadari atau tidak, sebagian institusi pendidikan kita mengajarkan pendidikan yang bermental korupsi. Meskipun tidak secara langsung diajarkan dalam forum belajar mengajar, tetapi kenyataan itu ada dalam sistem. Semisal dalam hal rekrutmen pelajar. Selain pintar, banyak sekolah-sekolah favorit yang mengharuskan calon anak didiknya kaya. Karena, hanya mereka yang berani membayar biaya tinggi yang akan diterima. Sekalipun biaya itu untuk perkembangan institusi, akan tetapi secara tidak sadar anak didiknya diajari praktik suap. Keadaan ini pun juga berlaku di perguruan tinggi.
           Kekacauan dunia pendidikan yang lain ialah adanya disorientasi pendidikan. Belajar tak lagi bertujuan menuntut ilmu dan menghilangkan kebodohan, melainkan untuk mengais uang. Maka hal yang demikian ini sejatinya justru menghilangkan spirit belajar itu sendiri. Yang ada dalam pikiran mereka hanya uang dan uang.
          Selain problem-problem di atas, masih banyak lagi anomali-anomali pendidikan yang intinya berujung pada mengajarkan ketidakjujuran. Seperti memberikan bocoran jawaban pada siswa saat UN, hanya karena kawathir tidak lulus dan sekolahnya tercoreng di mata umum. Sementara di sisi lain anak-anak kita tiap hari di suguhi tontonan korupsi dari para elite pejabat tanpa diimbangi pendidikan korupsi dan kejujuran yang memadai. Dan masih banyak lagi kenyataan-kenyataan lain yang mencederai akal sehat kita.
          Tentunya, semua itu jangan sampai berlarut-larut dan berkelanjutan tanpa ada perubahan. Semua pihak, pejabat pendidikan, guru dan orang tua harus bersinergi. Paling tidak ada beberapa sudut pandang, sistem juga kebijakan yang harus dibenahi, diantaranya :
Pertama, character building. Hal mendasar yang harus ditanamkan pada anak didik pertama kali ialah pembangunan karakter. Sejak dini seorang anak hendaknya disuguhi pembelajaran akhlak-akhlak terpuji, terutama akhlak kejujuran. Baik dalam tuntunan yaitu pada proses belajar mengajar di kelas, juga tontonan dengan memberi teladan melalui perilaku. Seorang anak ibaratkan tanaman yang baru tumbuh. Setiap hari harus disiram dengan nilai-nilai terpuji agar mengakar kuat. Bilamana besar nanti terhembus hingar bingar angin kencang kehidupan yang keras, ia akan senantiasa tegak berdiri tak tergoyahkan.
Kedua, kembali ke orientasi pendidikan. Ketika belajar berorientasi untuk menuntut ilmu, maka anak didik kita akan menikmati proses pendidikan yang indah. Setiap saat selalu ada suntikan spirit untuk menyingkap samudera ilmu yang teramat luas. Coba bandingkan jika belajar berorientasi untuk memperoleh pekerjaan atau uang. Maka yang terjadi ialah belajar hanya menjadi kedok dan alat. Ia tidak akan menikmati proses yang ada dan hanya berkepentingan bagaimana caranya agar lulus, memperoleh sarjana dan bekerja. Pada akhirnya yang didapatkan hanyalah penyesalan. Rasanya sudah tegas maqolah sahabat yang berbunyi ilmu lebih utama daripada harta. Dengan ilmu harta akan kita raih, tapi dengan harta belum tentu ilmu tergapai. Maka seyogyanya para insan yang berilmu tak perlu khawatir dengan masalah ekonomi, karena Allah telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi mereka di dunia maupun akhirat.
Ketiga, pendidikan gratis. Gembar-gembor bahwa APBN negara dialokasikan 20% untuk dunia pendidikan nyatanya belum menjawab semua masalah. Masih banyak masyarakat miskin yang belum tersentuh bangku pendidikan karena mahalnya biaya. Terutama mereka yang nun jauh di pelosok desa. Keadaan mereka yang telah payah oleh beban ekonomi diperparah dengan diperbodohkannya anak-anak mereka dengan tidak mampu meraih kesempatan belajar. Pada akhirnya yang miskin makin miskin oleh karena anak cucunya tak mampu menaikkan derajatnya. Maka perlu digalakkan pendidikan gratis yang merata mulai tingkat terendah sampai tingkat tertinggi sebagaimana di negara-negara maju. Dengan demikian semua rakyat akan mendapatkan hak yang sama untuk merasakan kesempatan di bangku pendidikan.
Keempat, regenerasi pengajar. Ada baiknya jika setiap institusi memperhatikan hal regenerasi guru dengan mengharuskan hanya alumninya yang bisa mengajukan diri sebagai tenaga pengajar. Karena berdasarkan realita, guru alumni lebih memiliki spirit yang kuat untuk memajukan institusi. Mereka akan merasa bangga dan dihargai karena bisa mengabdi di institusi yang mana ia belajar dulu, sehingga akan memacu semangat untuk memberikan yang terbaik.
          Dan ternyata, itu semua telah ada sejak dulu dalam sistem pendidikan islam. Kita bisa berkaca pada sistem dan arah pembelajaran yang ada pada pondok pesantren sekarang ini, yang mengutamakan akhlak, pendidikan karakter, ilmu agama yang tentunya tidak kalah juga ilmu umum. Lebih jauh lagi pondok pesantren telah mempraktikkan kemandirian hidup dan bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat. Bahkan sistem dan kebijakan pun dikendalikan oleh para santri. Pengasuh dan para ustadz hanya membimbing, memantau dan mengarahkan. Sistem keuangan pun sangat transparan. Dengan demikian tidak salah jika pondok pesantren dikatakan sebagai laboratorium kehidupan. Sebab para santri digembleng dan dididik dengan ilmu dan amal agar cakap dan siap sebelum terjun di masyarakat.
          Hendaknya ilmu diimbangi dengan iman. Ilmu ibarat sebilah pisau yang bila di tangan penjahat tanpa iman maka akan menghunus orang dan terjadilah pembunuhan. Namun bila ditangan ulama atau orang yang beriman dan berakhlak maka akan menyembelih hewan yang menjadi halal karena disertai bismillah dan etika menyembelih. Ilmu akan liar tanpa iman. Iman tanpa ilmu bak buih di tengah lautan.
          Sejatinya, belajar tidaklah harus di institusi pendidikan. Karena, setiap jengkal kaki, sejauh mata memandang dan telinga mendengar, disitulah ladang untuk belajar. Yang terpenting, setiap kita ada kemauan dan bersungguh-sungguh untuk menggapainya. Samudera ilmu tidak akan pernah habis kita teguk. Camkan baik-baik bahwa di atas langit masih ada langit. Sepintar dan sehebat apapun kita tidaklah seberapa. Belajarlah pada padi yang semakin berisi semakin merunduk. Belajarlah pada sabda Nabi tentang longlife education, maka semakin berilmu kita semakin merasa bodoh. Belajarlah pada pohon-pohon yang berbuah, maka ilmu kita pun berbuah dengan amal. Niscaya masa depan agama, negara, nusa dan bangsa akan cemerlang. Semoga…

Ciputat, 19 Desember 2012

Tidak ada komentar :