Selamat Datang di Dunia olient_online

Selamat Datang di Dunia Mini olient_online

Kamis, 24 Januari 2013

Meneladani Risalah Rahmatan Lil Alamin


            Peringatan maulid nabi dari tahun ke tahun selalu disambut dengan hingar bingar lantunan sholawat. Di akar rumput nuansa itu malah lebih nyaring lagi. Hal ini tidak lepas dari warisan dan peran para penyebar Islam di bumi pertiwi semisal Wali Songo. Juga mayoritas umat di pedesaan yang kebanyakan pengikut ormas Nahdlatul Ulama’. Siang dan malam ujung corong pengeras suara bersahut-sahutan. Surau dan masjid tak pernah sepi dari bacaan al barzanji, simtut duror, ad diba’i dan lain-lain. Semuanya bercerita tentang kisah dan pribadi agung Nabi Muhammad SAW, sang penyebar rahmat, pemberi syafa’at bagi umat.
            Di sisi yang berbeda, ada pula mereka yang memperdebatkan status hukum Islam tentang penyambutan Maulid Nabi seperti di atas. Ada yang mengharamkan, ada yang membolehkan dan ada pula yang berpendapat bahwa itu tidak disyari’atkan. Mereka yang mengharamkan berpegangan bahwa ritual semisal membaca al barzanji merupakan bid’ah yang mana tidak ada dalil yang memerintahkannya. Maka setiap bid’ah adalah sesat dan diharamkan. Sedangkan mereka yang membolehkan berpendapat bahwa itu merupakan bid’ah hasanah. Maka akan mendapat pahala bagi mereka yang menjalankannya.
            Penulis tidak akan menyentuh konteks perdebatan tersebut. Apapun itu, yang jelas dan gamblang dalam hadis Nabi ialah, ‘Allah akan membalas orang yang bersholawat kepada Nabi dengan sepuluh sholawat dan akan menjadikannya penduduk surga’. Berangkat dari situ, mari kita perbanyak bacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana Allah dan para malaikat juga bersholawat kepadanya. Semoga dengan itu kita mendapatkan syafa’at dari beliau dan diakui sebagai umatnya.
            Kiranya ada yang lebih penting dari itu semua. Peringatan maulid Nabi yang bergulir setiap tahun seyogyanya tidak hanya disambut dengan ritual dan bacaan sholawat belaka. Tetapi dibarengi minimal keinginan di sanubari setiap umat untuk meniru akhlak dan tingkah laku baginda Nabi sedikit demi sedikit. Tentu tidak harus sesempurna mungkin. Paling tidak kita ejawentahkan gaya hidup Nabi dalam kehidupan sehari-hari dari mulai hal yang paling sederhana.

           Membincang tentang pribadi nabi Muhammad SAW rasanya tidak akan habis digoreskan dalam seribu bahasa dan tinta. Perilakunya tidak akan mampu tergambarkan dalam seribu judul dan kisah. Teladannya tidak akan lekang tergerus zaman dan sejarah. Kisah dan teladannya akan selalu subur dan harum semerbak melintasi ruang dan waktu yang berabad-abad lamanya. Menjadi panutan bagi siapa saja yang mengetahuinya. Perilakunya terjaga dari dosa. Sabdanya wahyu Allah, Tuhan semesta. Akhlaknya Al-Qur’an yang tak ada keraguan padanya. Sebegitu sempurnanya Nabi Muhammad SAW bagi kita. Pribadinya yang anggun bak oase di tengah-tengah padang sahara. Maka tidak berlebihan jika sebuah sya’ir arab mendendangkannya dalam lantunan indah:
Engkau matahari
Engkau rembulan purnama
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau pelita hati
            Nabi Muhammad SAW merupakan seorang rosul dari kaum Quraisy. Beliau merupakan nabi terakhir yang diutus Allah ke bumi untuk menyempurnakan akhlaqul karimah. Beliau datang membawa sebuah risalah bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana termaktub dalam sebuah ayat:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya’: 107).
            Kata rahmat merupakan bentuk masdar dari kata rahima. Secara umum rahmat bisa diartikan sebagai kebaikan dan nikmat. Ada pula yang memaknainya dengan anugerah, cinta dan kasih sayang. Maka kedatangan Nabi Muhammad SAW bisa diilustrasikan sebagai anugerah dan nikmat bagi umat manusia. Atau sebagai utusan yang mengemban amanat untuk menyampaikan syari’at Islam dengan cinta dan kasih sayang.
            Sedangkan kata al alamin memiliki banyak perspektif di kalangan mufassir. Namun mayoritas dari mereka mengerucut pada sebuah penafsiran bahwa alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Kemanfaatan yang dimaksudkan disini memiliki makna yang berbeda untuk subjek yang berbeda. Untuk orang mukmin yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat sekaligus. Akan tetapi untuk orang kafir hanya di dunia belaka. Rahmat yang mereka peroleh ialah diakhirkannya adzab yang pedih di akhirat kelak.
Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima. Sebagaimana jika dikatakan ‘Ini adalah obat bagi si fulan yang sakit’. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan obat”.
            Akan tetapi Sya’rowi mempunyai penafsiran yang berbeda. Rosul-rosul terdahulu di utus Allah SWT untuk rentang waktu yang terbatas dan untuk kaum yang sudah nyata keberadaannya. Sedangkan risalah Nabi Muhammad SAW datang sebagai rahmat bagi semesta alam secara keseluruhan. Karenanya risalah tersebut harus mencakup dan mampu menjawab dinamika kehidupan yang tidak terbatas. Ia harus mampu menjadi pegangan bagi kaum semasanya dan kaum setelahnya sampai hari kiamat.
            Lebih lanjut Sya’rowi memaknai lafadz al alamin secara lebih luas. Yakni segala sesuatu selain Allah SWT atau segala makhluk di dunia ini. Meliputi alam malaikat, alam jin, alam manusia, alam benda-benda mati, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan dan alam-alam lain. Nabi Muhammad SAW datang sebagai rahmat dan penebar kasih sayang bagi makhluk-makhluk tersebut. Lantas bagaimana risalah itu bisa menjadi rahmat bagi mereka? Coba kita uraikan bersama.
Pertama, rahmat bagi alam malaikat. Sebagaimana kita tahu bahwa para malaikat mendapat pengakuan dan apreasi dengan diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril yang paling beruntung karena mendapat mandat untuk menyampaikan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu Jibril juga mendapat kehormatan mengantar Rasulullah sampai Sidrotul Muntaha pada peristiwa Isra’ Mi’raj yang sangat fenomenal. Jibril menjadi guru pribadinya Rasulullah yang selalu menemaninya kala suka maupun duka, susah juga senang. Kemudian dari ayat Al-Qur’an pula terdapat penjelasan dan pengakuan bahwa para malaikat merupakan makhluk yang senantiasa taat kepada Allah. Sebagaimana termaktub dalam petikan ayat,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim: 6).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa para malaikat juga mendapatkan rahmat dengan turunnya Al-Qur’an. Sedangkan Al-Qur’an diturunkan karena diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Kedua, rahmat bagi alam jin. Setiap pribadi muslim wajib mempercayai adanya alam ghaib. Alam ghaib adalah alam yang tidak bisa dirasakan dengan panca indra. Ia memiliki dimensi tersendiri dan hukum tersendiri yang tidak sama dengan alam manusia. Jin termasuk salah satu penduduk alam ghaib. Berbeda dengan manusia, jin dapat melihat manusia dengan panca indera mereka. Hanya orang-orang yang diberi keistimewaan oleh Allah yang dapat melihat dan masuk ke alam jin. Pada sudut akal dan sifatnya sama seperti manusia, mereka (jin) juga memiliki nafsu, berbeda dengan malaikat yang tidak memilikinya. Karena jin diciptakan dengan akal dan nafsu maka terdapat kemungkinan dari golongan jin tersebut untuk berbuat baik dan juga untuk berbuat kemungkaran. Sedangkan perbedaan dasar jin dengan manusia yaitu pada asal mula penciptaannya. Oleh sebab manusia diciptakan oleh Allah dari tanah maka manusia dapat terlihat, sedangkan jin diciptakan oleh Allah dari api, maka jin tidak dapat tetrlihat. Mereka dinamakan jin yang berarti tidak kasat mata atau samar.
Kendati demikian, terdapat kesamaan antara jin dan manusia, yaitu diciptakan hanya untuk menyembah-Nya. Karenanya, jin juga ditaklif untuk beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Disinilah keberadaan Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi alam jin. Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat Al-Jin sebagai pengukuhan akan eksistensi para jin. Coba kita jelaskan ayat pertama dan kedua dari surat tersebut:
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan * (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami” (Al-Jin: 1-2).
Dari ayat tersebut jelas bahwa diutusnya Nabi Muhammad SAW yang menerima wahyu berupa Al-Qur’an, menjadi rahmat dengan dibukanya pintu hidayah bagi para jin hanya karena mendengar bunyi sebagian ayat. Bahkan mereka dibuat takjub dengan keindahan susunan bahasa dan kedalaman maknanya yang berbeda dengan kitab-kitab samawi sebelumnya. Sehingga mereka berkesimpulan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan manusia melainkan wahyu Allah yang menunjukkan kepada jalan kebenaran yaitu tauhid. Maka dari itu mereka berikrar iman kepada Allah dan tidak akan menyekutukannya lagi.
Ketiga, rahmat bagi alam benda mati. Hal ini tercermin dalam banyak hadis tentang kasih sayang Rosul terhadap benda-benda mati. Sebagaimana hadis tentang Rosul memerintahkan kepada kita untuk menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalanan. Kalau kita bawa dalam konteks kekinian bisa digambarkan misalnya dengan menyingkirkan batu atau paku yang bertebaran di jalan raya. Maka sebenarnya jika kita amati lebih dalam kita telah melakukan dua hal. Pertama menempatkan sesuatu pada tempatnya. Yaitu dengan memindahkan batu atau paku dari tempat yang bukan selayaknya di tengah jalan. Di situlah letak rahmat tersebut. Kedua menghindarkan para pengguna jalan agar tidak terkena sesuatu yang membahayakan.
Sesungguhnya benda mati jika telah dimuliakan oleh Allah SWT, maka makhluk lain seperti manusia akan tunduk. Seperti Hajar Aswad yang mendapat kemuliaan di sisi Allah. Hajar aswad hanyalah batu biasa berwarna hitam yang tidak ada keistimewaan. Oleh karena Nabi Muhammad SAW mengecupnya, maka seluruh umat Islam dari penjuru dunia pun berkeinginan untuk mengikutinya. Demikianlah sebagian contoh rahmat Nabi Muhammad bagi alam benda mati.
Keempat, rahmat bagi alam binatang. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Tidak ada seorang muslim yang menanam tanaman atau pepohonan kemudian dimakan burung, manusia atau binatang ternak kecuali itu menjadi sedekah baginya”. Dalam hadis yang lain diceritakan bahwa pada hari qiyamat kelak akan ada seorang wanita yang masuk neraka karena telah mengurung dan menahan seekor kucing. Wanita tersebut tidak memberinya makan dan minum. Diceritakan pula bahwa kelak ada seorang lelaki yang masuk surga karena telah memberi minum anjing yang sedang menjulurkan lidahnya ke tanah yang lembab karena kehausan. Pada intinya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk, terlebih kepada hewan. Wujud kasih sayang yang lain ialah ketika menyembelih hewan misalnya. Dalam fikih dijelaskan bahwa termasuk syarat-syarat menyembelih hewan ialah pisaunya harus tajam, jalur nafas, makan dan minumnya terputus, serta dibacakan asma Allah. Hal ini dimaksudkan agar hewan yang kita sembelih segera mati dan tidak mengalami ketersiksaan berkepanjangan ketika sakaratul maut, juga dagingnya pun menjadi halal. Sehingga nantinya saripati dari hewan tersebut akan melebur ke seleruh sel-sel anggota badan dan berbuah pada tindakan yang baik pula.
Kelima, rahmat bagi alam tumbuh-tumbuhan. Kiranya banyak sekali ajaran-ajaran Rosul akan pentingnya memelihara tumbuh-tumbuhan. Bagaimana Rosul juga menganjurkan kepada umat untuk ramah pada lingkungan. Dalam banyak ayat Allah menyerukan untuk bersyukur atas nikmat berupa air. Betapa mengagumkannya air hujan yang turun dari langit membasahi bumi, yang kemudian dari air itu tumbuh tanaman dan buah-buahan yang berbeda warna dan rasa. Padahal sumber airnya hanya satu. Maka sebagai wujud syukur kepada-Nya kita hendaknya menjaga ekosistem yang ada di bumi ini. Toh itu juga untuk kebaikan manusia. Karena sesungguhnya apa-apa yang ada di langit dan bumi itu bertasbih kepada-Nya. Hanya saja kita tidak memahaminya. Tentunya kita masih ingat sebuah hadis tentang pelepah kurma yang meringankan siksa kubur seorang provokator dan seorang yang bersuci tidak tuntas. Bukankah itu bukti rahmat Allah SWT bagi tumbuh-tumbuhan?
Keenam, rahmat bagi alam manusia. Rosul adalah tauladan paling sempurna bagi umat manusia. Banyak ajaran-ajaran beliau tentang bagaimana semestinya kita bergaul dengan sesama. Bagaimana kita bertoleransi dengan orang yang kepercayaannya berbeda. Bagaimana seharusnya berdagang, bertani, berperang, beragama dan bermasyarakat. Bagaimana beliau mencontohkan tentang kasih sayang, beretika mulia dan tanpa dendam terhadap sesama. Bahkan terhadap orang kafir sekalipun. Kita masih ingat tentang kisah seorang buta kafir yang mencacai maki, mengejek dan menyumpah serapah beliau setiap waktu. Kendati demikian beliau tidak pernah punya rasa benci dan dendam secuilpun. Bahkan beliau justru memberinya makan setiap hari dan mengantarnya sendiri.
Penulis jadi teringat dawuhnya KH. Sya’roni Ahmadi Kudus. Beliau sering bercerita disela-sela pengajian Tafsir bahwa Nabi Muhammad SAW itu manusia yang penuh kasih sayang dan lemah lembut. Berkali-kali Jibril menawarkan diri untuk menumpas orang-orang kafir yang melecehkan beliau. Akan tetapi Rosul menolaknya dan justru mendoakan mereka agar mendapat hidayah. Kemudian, misalnya pada peristiwa perang uhud dimana Allah telah mempersilahkan Rosul untuk membalas orang yang membunuh Hamzah, paman Rosul, dengan balasan yang setimpal. Tapi lagi-lagi Rosul justru memilih bersabar dan tidak membalas. Bahkan pada peristiwa Fathu Makkah saat kemenangan telah berada di genggaman kaum muslimin, Rosul dengan penuh kesatria justru melepaskan para tawanan perang. Beliau justru dengan jantan memberi maaf para kuffar Makkah disaat kesempatan membalas di depan mata. Dan itu menjadi strategi softpower yang pada akhirnya para kuffar berbondong-bondong masuk Islam. Maka bagaimana mungkin Islam sekarang ini dituduh sebagai agama teroris dan keras?
            Demikianlah wujud tauladan nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi semesta alam. Maka bersamaan dengan moment Maulid Nabi ini seyogyanya kita memperbaiki diri dan meniru tindak lampahnya. Cukuplah Rosul sebagai inspirasi kita sehari-hari. Sejatinya ajaran-ajaran dan tauladan beliau amatlah mudah dan ringan, hanya saja kita yang terlalu menyepelekan, tidak istiqomah dan terkadang lupa. Mari kita perbanyak sholawat kepada beliau. Dan alangkah indahnya jika sholawat itu tidak terhenti di mulut saja. Tetapi terinternalisasi dalam perilaku sehari-hari. Semoga kita menjadi umat terbaik yang mendapat pengakuan di hadapannya dan mendapat syafa’at darinya. Amin. Wallahu A’lam.

Brakas, 24012013 di sela-sela liburan Semester Ganjil bersamaan dengan lantunan-lantunan sholawat yang menggema.

Tidak ada komentar :