Dalam dinamika hidup sehari-hari,
tentu kita tidak akan pernah bisa luput dari yang namanya masalah. Logikanya,
semakin bertambah usia kita, semakin banyak dan beragam pula masalah yang
mendera. Ketika masalah itu semakin banyak, maka semakin tangguh kita dalam
menghadapinya.
Hidup ibarat berselancar di laut
samudera nan luas. Sementara problem atau masalah ibarat ombak. Tergantung kita
mampu manaklukkannya atau justru digulung oleh kedahsyatannya? Masalah
merupakan keniscayaan yang tak terbantah bagi setiap insan. Tak peduli orang
baik atau buruk, beriman atau tidak. Jangan pernah berpikir ketika kita telah
sungguh-sungguh beriman dan bertaqwa kepada-Nya serta berbuat baik kepada
sesama maka akan dijauhkan dari ujian dan masalah. Allah Swt. telah mewanti-wanti
dalam salah satu firman-Nya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?” (QS. Al-Ankabut : 2). Kemudian apa tujuan dari itu? “(Dia) yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Mulk :
2).
Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus
siap berjuang menghadapi masalah. Karena sebagaimana kata orang bijak, hidup
ini masalah, maka orang yang merasa tak punya masalah, patut dicurigai bahwa
orang itu bermasalah. Tanpa masalah masa depan tak akan cerah. Tanpa
masalah hidup tak akan indah. Hanya orang-orang bijak dan sabar yang mampu
mengarunginya. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqoroh : 155).
Orang-orang yang cerdas dan bijak akan
menghadapi suatu masalah dengan lapang dada dan penuh penghayatan. Masalah
dijadikan sebagai tantangan dan rintangan yang kelak menjadikannya semakin kuat
dan tahan banting. Maka lihatlah kehidupan mereka yang indah dan menyenangkan.
Karena, masalah dihadapinya dengan jantan dengan mendayagunakan logika akal dan
tuntunan agama. Masalah besar mereka sederhanakan, sementara masalah kecil
mereka tiadakan.
Di sisi yang berbeda, orang-orang yang berpikiran cupet, masalah menjadi sesuatu yang menakutkan. Mereka cenderung berpikiran pendek dalam menghadapinya. Maka orang yang demikian akan terus ditindas oleh masalah. Bahkan tak sedikit dari mereka yang sampai mengakhiri hidupnya hanya gara-gara masalah yang kadang sangat sepele.
Masalah bisa jadi besar juga bisa
jadi sederhana. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Yang paling pokok,
janganlah pernah lari dari masalah. Karena justru akan menjadikan masalah kita
bertambah. Kata orang bijak, jangan masalah yang kau cari, tapi bila bertemu
masalah jangan lari. Allah menurunkan cobaan atau masalah sudah pasti
beserta solusinya. Dan Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar kemampuannya.
Maka hadapilah semua dengan senyuman sebagai dalam sebuah lirik lagu :
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
Lalu,
bagaimana seharusnya mengolah suatu masalah agar mampu kita taklukkan ?
Pertama,
mengalami. Semisal kita mengalami masalah dengan nilai pelajaran. Nilai yang kita
peroleh saat ini sangat jelek dan terancam tidak naik kelas apabila pada ujian
akhir nanti tidak mampu lebih baik dari nilai yang sekarang. Kemudian kita
menjadi ketakutan dan kebingungan memikirkan hal tersebut.
Kedua, mengungkapkan.
Maksudnya adalah mengungkapkan masalah-masalah kita kepada orang lain. Kita share
kepada teman-teman, guru, orang tua atau orang terdekat kita agar menjadi lega
dan dari situ kita mendapatkan solusi. Mengungkapkan ini juga bisa kita artikan
memunculkan masalah-masalah untuk kita analisa atau telaah sendiri. Misalnya
kita meminta kiat-kiat khusus kepada bapak wali kelas agar mampu memperbaiki
nilai.
Ketiga, mengolah.
Mengolah ini bisa kita lakukan dengan analisa masalah. Misalkan nilai kita
minus pada ujian cawu kedua. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk keluar
dari masalah ini? Apa saja yang harus kita lakukan pertama kali agar bisa
memperbaiki nilai? Pertama kita harus mengevaluasi diri sendiri terlebih dahulu
sebelum mengevaluasi nilai-nilai pelajaran kita. Sudah baikkah diri kita? Sudah
baikkah jiwa kita? Dikatakan bahwa ‘al-ilmu nurun’ yang artinya ilmu
adalah cahaya. Sedangkan cahaya hanya terdapat pada orang-orang yang berhati
bersih dan berjiwa mulia. Sekarang, sudah layakkah kita mendapatkan cahaya
tersebut, sedangkan kita masih terus melakukan hal-hal yang semestinya tidak
boleh kita lakukan. Misalnya kita adalah seorang santri, maka sudahkah kita
menjiwai sebagai seorang santri? Layakkah kita disebut seorang santri? Apakah
kita telah melakukan apa-apa yang seharusnya dilakukan seorang santri? Dan
hal-hal seperti itulah yang harus kita pikirkan. Setelah itu barulah kita
mengevaluasi pelajaran dan nilai-nilai kita. Kita putuskan untuk merancang atau
menambah jam belajar dan beristiqomah dengan keputusan tersebut.
Keempat, menyimpulkan.
Setelah kita melakukan tahap pengolahan dengan menganalisa masalah dan
menelaah, kita bisa menarik kesimpulan. Semisal kita harus mempertebal iman
kita. Kita harus semakin memperbanyak ibadah kita kepada Allah. Barulah
menjalankan rutinitas belajar kita dengan lebih intensif. Pepatah mengatakan, ‘ora
et labora’ yang artinya ‘belajar dan berdoa’.
Kelima, menerapkan.
Setelah melalui proses demi proses sebagaimana di atas, maka kita bisa
menerapkan pada kehidupan kita selanjutnya. Jangan sampai kita melakukan
kesalahan yang sama untuk kedua kali dalam masalah yang sama. Sebuah pepatah
berkata, ‘janganlah kamu jatuh di lubang yang sama’. Hari ini harus
lebih baik dari kemarin dan hari besok lebih baik dari hari ini.
Kawan,
mari kita hadapi hidup ini dengan segudang senyum, dengan segudang kekuatan, dengan
segudang kemampuan. Yakinlah selalu bahwa kita bisa. Maka, tidak ada gunanya
berputus asa. Hidup ini indah, hidup ini mudah. Maka janganlah dipersulit.
Asalkan kita berpegang teguh pada iman, Islam dan ihsan niscaya hidup ini akan
terasa indah untuk dinikmati. Yang paling penting janganlah keluar dari koridor
Al-Qur’an dan Al-Hadis, agar kita senantiasa memperoleh kebahagiaan yang
hakiki. Selamat berjuang untuk meraih kemenangan. Kemenangan berada di depan
mata asalkan kita mau mengejarnya. Selamat berjuang!!!
Kajen, pojok bangku Mathali’ul Falah. Tulisan ini disusun
ketika masih menduduki kelas II Aliyah C Perguruan Islam Mathali’ul Falah
Kajen.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar