Nyaris, semenjak mundur dari
keanggotaan Majalah AMANAT Himpunan Siswa Mathali’ul Falah beberapa tahun lalu,
aku tak lagi bersentuhan dengan dunia layout. Dunia tata letak dan desain per-buku-an
yang menjadi pintu gerbang keorganisasianku ketika itu. Masih teringat aku
menjejakkan kaki di Mathali’ul Falah baru empat bulan. Menyelami sendi-sendi
kewibawaan Mathali’ul Falah pun belumlah sedalam. Lonceng istirahat berdenting.
Seseorang memasuki kelas menempelkan selembar kertas. Kubaca. Pengumuman pelatihan
jurnalistik akan diadakan selama tiga hari liburan catur wulan.
Singkat cerita aku mengikuti
pelatihan itu selama tiga hari. Mental, bakat dan imajinasi diuji dan
digembleng sedemikian rupa. Pelatihan usai. Para peserta harus mem-follow up
pelatihan itu dengan menerbitkan buletin magang bulanan. Dan inilah jabatan
baruku. Layout: Ulin Nuha. Wah ini nggak bener, pikirku.
Ok. Kalau menulis berita, artikel, opini dan cerpen insya Allah mampu. Karena teorinya pun kami pelajari ketika itu. Sedangkan ini, Layout. Apa itu Layout? Dan kami tidak ada pelatihan tentang itu. Tapi oke lah, tak ada masalah. Ini sebuah tantangan baru. Dan aku suka itu.
Buletin edisi perdana kami segera terbit.
Mau tidak mau aku harus mendalami ilmu per-layout-an. Bempernya buku, majalah
atau koran sebelum pindah ke meja percetakan. Baik buruknya tampilan dipertaruhkan.
Microsoft Publisher, sebuah aplikasi sederhana pengatur tata letak tampilan perbukuan
atau majalah. Kuselami teknik-tekniknya sedikit demi sedikit. Otodidak. Sesekali
bertanya kepada senior. Sembari melihat-lihat gaya dan model layout dari
berbagai majalah.
Edisi pertama terbit dengan gaya layout amatir yang sungguh jelek. Tanpa hiasan menarik. Edisi kedua lebih baik. Ada sedikit kritikan. Edisi ketiga lebih baik lagi. Dan pada tahun berikutnya tanggung jawab itu lebih berat lagi. Me-layout buletin “AMANAT”. Buletin Madrasah yang didistribusikan untuk skala umum. Mau tidak mau harus lebih giat lagi mendalaminya. Dan secara tidak langsung mendalami desain pula.
Kali
ini memakai aplikasi Corel Draw. Waktu seminggu untuk melayout sedimikian rupa
buletin AMANAT berisi 80 halaman. Hari-hari melelahkan dan menegangkan. Semua dipertaruhkan.
Siang malam bergumul dengan CPU, monitor, mouse dan keyboard. Menuangkan segenap
imajinasi yang ada. Dan akhirnya buletin pun terbit. Lebih baik. Sudah standar
untuk buletin sekolah. Tapi dengan beberapa catatan.
Ternyata jabatan itu lambat laun
menjadi kegemaran. Selepas dari Mathali’ul Falah aku bekerja di sebuah rental
komputer. Sembari menghafal Al-Qur’an di pesantren, tiap pagi aku mencari
penghasilan untuk kebutuhan diri sendiri. Mengasah imajinasi di Photoshop,
Corel Draw dan bahkan edit video menjadi aktifitas rutinku tiap pagi. Sebuah hobi
yang berbuahkan rizki.
Dan kini, kala empat bulan aku
menjejakkan kaki di bangku kuliah. Serta melanjutkan pengembaraan dunia santri
di pesantren mahasiswa. Maka jabatan itu hadir kembali tanpa mengetahui
alasannya. Menduduki jabatan layout buletin NABAWI. Sebuah buletin keislaman Darus-Sunnah
International Institute For Hadith Sciences. Wah, nampaknya bakat yang satu ini
akan lebih terekplorasi dengan lebih matang. Oke lah, tetap semangat dan
curahkan semua imajinasi tergilamu. Kini kutemukan kembali tongkat estafet
dunia layout di NABAWI. Terima kasih Mas Khoirul Huda yang telah memberiku ruang untuk meletakkan imajinasi yang sempat karam. Dan inilah hasil karya perdanaku;
Tidak ada komentar :
Posting Komentar