Sejarah mencatat, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya raya. Setiap jengkal tanahnya menyimpan potensi alam yang melimpah. Di gunung, di laut dan di setiap pulau sumber daya alamnya seakan tak pernah habis dijarah masa. Tak pelak menjadikan Negara-negara besar dunia berlomba-lomba menguasai bumi kita. Dan berabad-abad tahun Indonesia tunduk di bawah penguasaan penjajah. Selama itu pula bangsa menabuh genderang perlawanan meski tiada arti. Hingga pada saat waktu membuktikan bahwa semangat nasionalisme di dada yang senantiasa berkobar mampu membumihanguskan penjajah dari bumi pertiwi, yang dipertegas dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia. Kemenangan ini dituntaskan lagi melalui perlawanan terhadap sekutu di Surabaya 10 Nopember 1945.
Siapa gerangan yang patut memperoleh penghargaan dan penghormatan dibalik peristiwa bersejarah tersebut? Sudah barang tentu mereka para pahlawan bangsa. Merekalah putra-putri terbaik bangsa yang rela menjadi benteng pelindung demi kejayaan Indonesia. Terlebih bagi mereka yang telah gugur di medan perang. Sungguh teramat mulia para patriot bangsa yang gigih bertaruh nyawa untuk mempertahankan martabat tanah air. Kini setelah kemerdekaan dicapai lebih dari setengah abad, masihkah ada pahlawan-pahlawan bangsa bermental 45? Ataukah yang tersisa hanya kebanggaan romantisme historis semata yang tak akan pernah terulang lagi?
Tentu saja tidak. Para guru yang tanpa pamrih mengabdi demi mencerdaskan generasi bangsa, mereka yang duduk di DPR menyuarakan hati nurani rakyat dengan lantang, Aparat Pemerintahan dengan kemampuan akal, moral, spiritual, jiwa dan raga yang mereka curahkan untuk mengatur dan memajukan bangsa, mereka semua adalah pahlawan-pahlawan nusa dan bangsa. Putra-putri pengharum Negara di mata dunia, para pendekar bangsa yang melindungi dari jajahan pemikiran, jajahan korupsi, jajahan keserakahan serta jajahan ketidakadilan, mereka juga pahlawan-pahlawan terbaik di masa kini. Dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan di jalanan, di rumah, di pabrik, di pembuangan sampah, di sekolah, di darat, di laut, di udara dan lain sebagainya.
Akan tetapi muncul problematika, ketika belakangan ini para pahlawan banyak yang terkoyak oleh noda-noda kotoran yang mereka ciptakan. Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak anggota DPR yang kini tunduk kepada tuhan baru berupa uang. Tidak sedikit pula pejabat publik yang beribut-rebut hanya karena silau kekuasaan dan kemewahan. Dan yang masih santer terdengar, para pendekar keadilan kita dengan tanpa malu disetir oleh penjajah yang tidak bertanggung jawab. Lalu harus kemana lagi kita mencari sisa-sisa pahlawan dalam arti yang sesungguhnya di abad modern ini?
Andai seluruh elemen bangsa ini selalu mengingat dan menghayati dengan sepenuh hati betapa gigihnya para pejuang kita yang dengan seluruh tumpah darah rela mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan tanah air, niscaya tak akan pernah ada satupun individu yang tega melecehkan dan mempermalukan bangsa sendiri. Tidak akan pernah ada korupsi, tidak ada nafsu serakah, tidak ada mafia hukum, tidak ada penyelewengan pejabat maupun rakyat. Karena semua bersatu padu untuk memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada akhirnya semua itu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan baru di negeri ini.
Sejenak, bersama kita heningkan cipta mengenang para pahlawan. Berikan penghargaan tertinggi kepada mereka dengan mencurahkan sepenuh jiwa raga hanya untuk negeri tercinta. Bersama kita perangi hawa nafsu yang selama ini membelenggu diri serta menyerahkan hidup sepenuhnya kepada kebaikan dan kemanfaatan. Paling tidak dengan begitu kita telah menjadi pahlawan bagi diri sendiri. Bravo Indonesia!
Brakas, dalam refleksi Hari Pahlawan, mengenang yang telah gugur di medan perang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar