Islam tidak hanya mengajarkan
syariat yang dibawa oleh baginda Rasulullah saw, tetapi juga menanamkan
nilai-nilai universal yang sejalan dengan Al Quran dan Hadis, diantaranya
spirit kedisiplinan. Disiplin merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan.
Dalam banyak kisah displin menjadi perilaku sehari-hari para pemimpi yang
sukses mewujudkan impiannya. Kepakaran dan ketinggian ilmu seseorang tidaklah
berarti jika tidak dibarengi dengan budaya disiplin. Sebaliknya, banyak orang
yang tingkat ilmunya biasa-biasa saja tetapi berhasil mencapai kesuksesan luar
biasa, berkat praktik disiplin dalam hidupnya.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan
terhadap peraturan. Ketaatan berarti kesediaan hati secara tulus untuk menepati
setiap peraturan yang sudah dibuat dan disepakatibersama. Orang hidup memang
bukan untuk peraturan, tetapi setiap orang pasti membutuhkan peraturan untuk
memudahkan urusan hidupnya.
Merujuk pada definisi di atas maka
perintah agar manusia menaati Allah swt, Rasu-Nya, dan pemimpin, mengisyaratkan
nilai-nilai kedisiplinan yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن
تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Hai orang-orang yang
beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’: 59)
Ayat di atas
kiranya menegaskan akan arti disiplin dalam urusan ibadah maupun pemerintahan. Contoh konkrit dalam Islam tentang nilai-nilai
kedisiplinan dalam ibadah bisa dilihat misalnya dalam perkara
salat jamaah. Perintah salat wajib lima waktu selama
sehari semalam, sebagaimana hadis Nabi saw, sangat dianjurkan untuk dikerjakan
secara berjamaah. Nilai pahala salat wajib secara berjamaah adalah dua puluh tujuh derajat
dibanding salat sendirian yang hanya bernilai
satu derajat. Dari sini, dapat dipahami
jika sebagian ulama kemudian menghukumi salat jamaah sebagai sunnah muakkadah,
sementara sebagian ulama lain menghukuminya wajib.
Salat
jamaah jelas membutuhkan disiplin. Karena, umumnya salat jamaah dikerjakan
bersama-sama di masjid atau mushalla tidak lama setelah azan berkumandang yang
diikuti dengan iqamah. Maka hal yang harus
dilakukan dalam hal ini ialah meninggalkan segala kesibukan dan bergegas ke
Masjid untuk memperoleh nilah salat jamaah. Dan di sinilah pentingnya nilai
disiplin.
Bila menilik perjalanan hidup Nabi
Muhammad saw, kita akan tahu bahwa dibalik kesuksesan dakwah Rasul terdapat
kedisiplinan yang selalu beliau terapkan baik kepada diri sendiri maupun kepada
para sahabat. Kemenangan yang selalu diraih umat islam
di medan perang tidak lain berkat kedisiplinan yang selalu dipegang para
sahabat. Strategi peperangan yang telah diracik baik saat perang Badar, perang
Khandak maupun perang lainnya selalu dipatuhi oleh para sahabat dan dijalankan
sesuai rencana hingga perang berakhir.
Ini berbeda
halnya ketika perang Uhud. Terdapat tindakan
indisipliner yang dilakukan para sahabat Nabi saw yang
mengakibatkan kekalahan tentara muslimin di medan perang.
Singkat cerita, ketika pasukan Islam yang sedikit itu untuk kedua kalinya
mencatat kemenangan besar atas Makkah, suatu kemenangan yang tidak kalah
mengesankan daripada kemenangan yang mereka peroleh di medan badar, terjadilah kesalahan
fatal yang dilakukan mayoritas pasukan pemanah. Kesalahan
ini membalikkan total keadaan dan menyebabkan kerugian besar di pihak pasukan
islam, bahkan hampir menjadi penyebab terbunuhnya Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana kita
bahwa Rasulullah saw dengan tegas memerintahkan para pasukan pemanah agar tetap
di gunung dalam situasi apapun, baik menang ataupun kalah. Akan tetapi, ketika
mereka melihat pasukan islam yang lain sedang mengumpulkan ghanimah (harta
rampasan perang musuh), ego mereka yang cinta dunia menang. Sebagian berkata
kepada yang lain, “Ghanimah, ghanimah, ghanimah, para sahabat kalian
telah menang, apa lagi yang kalian tunggu?” Ketika itu komandan Abdullah bin
Jubair berkali mengingatkan akan perintah-perintah Rasulullah saw. dia berkata,
“Apakah kalian lupa pesan Rasulullah saw kepada kalian?”
Hanya saja
mayoritas pasukan pemanah tidak peduli peringatan tersebut. Kemudian empat
puluh prajurit atau lebih dari pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka di
bukit dan bergabung dengan mayoritas pasukan yang mengumpulkan ghanimah. Dengan
demikian bagian belakang pasukan Islam tidak terlindungi. Kesempatan ini tidak
disia-siakan oleh Khalid bin al-Walid, yang kemudian berputar dengan sangat
cepat, hingga sampai di belakang pasukan islam. Tidak berapa lama kemudian ia
membantai Abdullah bin Jubair dan pasukan pemanah yang tersisa, kemudian
menyerbu pasukan islam dari belakang mereka. Pasukan berkuda anak buah Khalid
bin al-Walid berteriak, memanggil pasukan musyrikin lain yang telah kalah.
Sehingga pasukan islam terkepung dari depan dan belakang, terjepit di
tengah-tengah medan pertempuran. Maka akhirnya pasukan islam pun mengalami
kekalahan di medan Uhud.
Demikian contoh
pentingnya kedisiplinan dalam keadaan apapun, terlebih dalam hal-hal yang sangat
krusial seperti peperangan. Itu pula yang diwariskan para ulama, dimana mereka
selalu menjaga kedisiplinan baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Sehingga wajar jika mereka meraih kesuksesan baik dalam kehidupan maupun
berdakwah menyebarkan agama islam.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar