Selamat Datang di Dunia olient_online

Selamat Datang di Dunia Mini olient_online

Rabu, 15 April 2015

Studi Kitab al-Sunan al-Kubro: Cara al-Baihaqi Membela Fikih Syafi'i




Nama kitab      : al-Sunan al-Kubro
Penulis             : Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi
Ukuran           : 17,5 x 24,5 cm
Jumlah Jilid     : 11


  1. Pengantar
Hadis ialah perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat yang disandarkan kepada Rasulullah Saw.[1] Ia menjadi sumber kedua dalam penetapan hukum-hukum Islam setelah al-Quran. Hadis yang juga memiliki fungsi sebagai penjelas al-Quran[2] itu, sampai kepada kita melalui dinamika panjang sejarah yang tidak dapat kita kesampingkan. Rekam jejak Rasul tersebut kini dapat kita nikmati sajiannya dalam berlembar-lembar jilid dengan kemasan yang berbeda-beda.
Jika kita tengok ke belakang, khususnya di era dimana hadis itu lahir, maka dapat kita lihat dokumen-dokumen hadis yang dijaga apik oleh para pecinta Nabi. Hadis yang datang bersamaan dengan masa-masa turunnya al-Quran itu mula-mula hanya menempel dibalik ingatan para sahabat. Ia belum dikenal dalam dunia literasi ketika itu. Berbeda dengan al-Quran yang sedari awal telah ditulis di pelepah kurma, kulit-kulit unta, dan media lainnya. Tentu bukan tanpa alasan. Sebab, Nabi Saw mengkhawatirkan jika hadis ditulis maka akan tercampur dengan ayat-ayat al-Quran. Baru di era akhir kenabian, setelah para sahabat dapat memilih dan membedakan mana yang hadis dan mana al-Quran, mereka menulis hadis-hadis yang mereka ketahui.[3]
Di tangan para sahabat pasca wafatnya Nabi Saw, hadis belum terkodifikasikan dalam arti sebagai sebuah buku kumpulan. Ketika itu, hadis terpisah-pisah dalam lembar-lembar para sahabat yang berbeda. Geliat untuk membukukannya belumlah kentara. Sempat ada inisiatif untuk mengkodifikasikannya di masa kepemimpinan Umar bin al-Khattab Ra, namun upaya itu ditangguhkan. Keadaan itu berlangsung hingga penghujung akhir abad pertama.[4]
Di abad kedua, dimana masa kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz, kodifikasi hadis dimulai. Ini berawal dari instruksi khalifah yang resah atas banyaknya para penghafal hadis yang wafat. Sementara geliat ijtihad di kalangan para ulama menggelora. Maka dalam keadaan tersebut upaya pembukuan hadis pun digalakkan. Bersamaan dengan karya-karya ulama yang konsen di sisi per-sanad-an. Di abad ini setidaknya terdapat lima karya populer dengan corak yang berbeda-beda.[5] Sebut saja al-Muwattho’, Musnad al-Syafi’i, Mushonnaf Abd al-Razzaq, Mushonnaf Syu’bah bin Hajjaj, dan Mushonnaf Sufyan bin Uyainah.[6]
Memasuki abad ketiga gerakan pembukuan hadis semakin masif dengan munculnya kitab-kitab seperti Shohih Bukhori, Shohih Muslim, dan kitab-kitab Sunan, Musnad, Mushonnaf lainnya. Memasuki abad keempat karya-karya hadis semakin beragam. Ulama-ulama populer seperti al-Thabrani, al-Daruquthni, Ibnu Hibban, Ibnu Huzaimah, hadir dengan karya-karyanya.[7]
Di abad kelima pembukuan hadis semakin menjamur. Sebagaimana metode penulisan yang juga beragam. Salah satu ulama besar yang menelurkan buah penanya pada abad ini ialah Imam al-Baihaqi melalui kitabnya, al-Sunan al-Kubro. Dalam istilah perhadisan, kitab tersebut masuk dalam kategori Sunan. Yaitu kitab yang tersusun berdasarkan bab-bab fikih. Jenis kitab yang satu ini memuat hadis-hadis yang marfu’ (disandarkan kepada Nabi Saw), dan tidak satu pun terdapat di sana hadis yang mauquf (disandarkan kepada Sahabat) atau maqthu’ (disandarkan kepada Tabi’in). Sebab hadis Mauquf dan Maqthu’ bukan termasuk sunnah.[8]
Merunut ke generasi pendahulu, kitab Sunan sebenarnya telah ditulis banyak ulama sebelum al-Baihaqi. Lalu, apa istemewanya kitab al-Sunan al-Kubro jika melihat realitanya telah banyak ulama-ulama pendahulu yang menulisnya? Terlebih hadis yang dicantumkan kebanyakan sama. Berikut akan kami ulas tentang kitab al-Sunan al-Kubro karya al-Baihaqi.