A.
PENGANTAR
Secara umum ayat-ayat al-Quran dapat kita kelompokkan
dalam dua sub menu. Pertama ialah ayat-ayat yang diturunkan tanpa didasari
sebab-sebab kejadian tertentu. Ia semata-mata sebagai petunjuk bagi manusia
menuju kebenaran. Ini dapat kita temui di banyak ayat al-Quran. Kedua ialah
ayat-ayat yang turun karena ada sebab-sebab kejadian tertentu yang
melatarbelakanginya. Dan inilah yang akan menjadi kajian kita dalam makalah ini.
Sebab-sebab turunnya ayat al-Quran atau yang dalam
istilah ilmu al-Quran dikenal dengan asbabun nuzul merupakan komponen
penting dalam rangka memahami isi al-Quran. Betapa tidak? Tidak semua ayat
al-Quran dapat kita pahami hanya setelah mengetahui arti katanya saja. Tidak
menutup kemungkinan kita justru akan terjerumus pada kesalahan pemahaman jika
mengabaikan asbabun nuzul-nya.
Untuk itu, kajian asbabun nuzul
kiranya menjadi sebuah keniscayaan guna memahami isi kandungan al-Quran. Pada
realitanya, kajian ini telah dipelopori oleh banyak ulama terdahulu.
Diantaranya ialah Maimun bin Mahrawan (w. 117 H) dengan Tafsil li Asbabit
Tanzil, Ali bin al-Madini (w. 234 H) dengan Asbabun Nuzul, Abdurrahman
bin Muhammad bin Isa bin Futhais (w. 402 H) dengan al-Qashash wal Asbab
allaty Nazala min Ajallihal Quran.
Kemudian
disiplin ilmu ini mengalami tumbuh kembang ketika al-Wahidi (w. 468 H)
menelurkan karya Asbabu Nuzulil Quran, Abu al-Faraj ibn al-Jauzi (w. 597
H) dengan Asbabun Nuzul, al-Ja’bari (w. 732 H) dengan ‘Ajaibun Nuqul
fi Asbabin Nuzul, Ibnu Hajar (w. 852 H) dengan al-Ajab fi Bayanil Asbab,
al-Suyuthi (w. 911 H) dengan Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul, dan lain
sebagainya.[1]