Selamat Datang di Dunia olient_online

Selamat Datang di Dunia Mini olient_online

Sabtu, 31 Oktober 2009

Mimpi-mimpi Nyata

           Barangkali selama ini kita kurang percaya dengan kemampuan yang kita miliki. Kita terlalu pesimis dan takut untuk mencapai asa. Karena barangkali kita merasa bahwa kesuksesan adalah sebuah beban. Sehingga rasa pesimis tersebut seakan merupakan virus yang menjalar dan menjadikan kita merasa cukup dengan hidup yang apa adanya tanpa spirit kesuksesan yang menggebu-gebu. Kita kurang percaya dengan perkataan orang-orang bijak 'dimana ada kemauan, disitu akan diperoleh apa yang dicita-citakan'.
           Apalagi dalam tataran dunia pendidikan. Rasa percaya diri untuk mencapai asa seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi pelajar, khususnya pelajar negeri kita Indonesia. Rasa percaya diri untuk meneguk lautan ilmu sebanyak-banyaknya harus ditanamkan lekat-lekat pada pribadi pelajar, agar generasi bangsa ini mampu bersaing dalam mendobrak kebekuan arus globalisasi serta mampu menjadi garda terdepan dalam memimpin segala bentuk dinamika zaman. Oleh karenanya, rasa haus akan ilmu jangan sampai terpisah dari jiwa raga pelajar bangsa, terkhusus pelajar islam. Jangan sampai kita merasa puas dengan kemampuan yang telah kita dapatkan dalam sejengkal kaki. Ibarat harus melintasi samudera dan benua, bila kita mampu, maka hal itu harus digalakkan.
            Untuk menggapai itu semua, kita harus yakin dan percaya diri bahwa kita mampu untuk meraih segalanya. Jangan sampai kita hanya mengagumi dan membanggakan tokoh-tokoh kharismatik. Akan tetapi kita harus berusaha supaya mampu seperti beliau-beliau, bahkan melampauinya. Dan kita pun harus optimis bahwa kita mampu melakukannya.
            Pada dasarnya, secara teoritis setiap manusia dapat dipahami sebagai makhluk yang mempunyai Idealisme Antropologik. Artinya setiap manusia merupakan makhluk yang memiliki unsur spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak tergantung pada materi. Nah, sampai disini kita tahu bahwa antara kita dan tokoh-tokoh terkemuka sama-sama memiliki unsur tersebut. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bias pintar. Juga tidak ada alasan untuk tidak bias melebihi para tokoh-tokoh terkenal. Tidak ada pula kata terlambat.
            Lalu apa kendala yang menjadikan kita terkekang pada lubang kebodohan? Apa pula sekat yang menjdikan kemampuan intelektual kita sulit untuk maju dan berkembang? Semuanya tergantung pada diri pribadi masing-masing. Yang membedakan antara diri kita dan maestro-maestro intelektual dunia hanyalah sebuah jerih payah dan usaha maksimal yang dibarengi ghiroh yang sangat kuat, sehingga memacu spirit belajar, belajar dan terus belajar. Kita terlalu malas dan takut untuk selangkah lebih maju.
           Realitas membuktikan, kebanyakan dari kita merasa puas dengan apa yang telah diperoleh saat ini. Kita hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang tersimpan dalam diri kita. Kita kurang percaya bahwa sebenarnya kita mampu untuk memperoleh lebih dari saat ini. Kebanyakan dari kita lebih memilih menjalani hidup yang apa adanya tanpa berani mengambil resiko untuk lebih maju. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa diri kita sebenarnya. Hidup dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup tanpa potensi terbaik yang kita miliki.
            Di sekitar, kita acap kali lebih banyak menemukan teman-kita yang negative thinking, hidup apa adanya tanpa terarah. Orang-orang yang tidak tahu potensi terbaik yang diberikan Allah kepadanya. Orang-orang yang terperangkap dalam kbodohan dan ketertinggalan. Padahal jika mau benar-benar berusaha insya Allah akan menuai mimpi-mimpi jadi nyata. Penulis sendiri merasa banyak teman-teman penulis yang sebenarnya cerdas, tapi karena tidak mau berusaha dan cenderung malas-malasan akhirnya terperangkap dalam kebodohan.
            Sejatinya kita laksana singa dewasa yang memiliki kekuatan dahsyat. Sekali mengaung, seketika kita tunjukkan pada dunia bahwa kita mampu mengimbangi dan memimpin perubahan zaman ini. Sayangnya, kita hanyalah singa yang bermental kambing. Kita masih saja tertawan dalam kemalasan, keputusasaan dan kepesimisan. Ada pula yang telah menyadari akan kemampuannya meraih lebih tinggi, tapi tetap memilih menjadi apa adanya dalam ketertinggalan. Karena telah terbiasa dengan apa adanya sehingga pesimis dan malu jika berkembang. Malu untuk maju dan berprestasi cemerlang. Mereka menganggap semua itu adalah beban. Lebih disayangkan, mereka yang memilih apa adanya itu, menginginkan yang lain tetap seperti mereka.
           Kawan! Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum melainkan kaum itu berusaha merubah dengan diri mereka sendiri. Kita syukuri potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada kita dengan memberdayakan sekuat jiwa dan raga. Yakinlah bahwa kita mampu meraih segalah asa.
          Ingat kawan! Hidup di masa mendatang lebih menantang. Karenanya, siapkanlah kemampuanmu sedini mungkin. Kita harus berubah sebelum kita sendiri digilas oleh perubahan. Kejayaan islam bersinar di depan mata dan tidak jauh dari kita. Tergantung kita sebagai generasi mampukah untuk menjemputnya? Maka lebarkanlah sayapmu ke segala penjuru. Terbanglah setinggi-tingginya hingga bintang Tsuroyya. Raihlah asa dan kesuksesan yang telah menunggumu lama. Jangan sekali-kali kita merasa puas dengan apa yang telah kita peroleh, sedangkan kita mampu lebih dari itu. Kejarlah ilmu stinggi-tingginya selagi mampu. Buang segala rasa pesimis, malas dan kebodohan. Jangan pernah malu dan takut dengan kebaikan-kesuksesan. Tetapi malulah ketika kita masih saja dalam kemalasan dan ketertinggalan. Maka tegakkan kakimu! Hentakkan selangkah lebih maju. Jadikan mimpi-mimpimu menjadi nyata. Dan biarkan kesuksesan merayakan kehidupan anda. Niscaya dunia akan lebih berwarna karenanya. Wallahu A'lam.

Brakas, kediaman kedamaian dalam keheningan malam.